Ukuran Kebaikan: Mensucikan Hati Menurut Sabda Nabi

Manusia berlomba‑lomba untuk menjadi yang terbaik. Sebagian merawat tubuh agar tampak kuat dan bugar, sebagian mempercantik wajah, sebagian lagi mengasah kecerdasan hingga terkenal di mana‑mana. Namun, sebelum menilai kebaikan seseorang, kita harus menetapkan tolok ukurnya.

Dalam Sunan Ibnu Mājah, dari Abdullah bin ‘Amr radhiyallāhu ‘anhumā, Rasulullah ﷺ pernah ditanya:

«يا رسول الله! أي الناس أفضل؟»
“Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang terbaik?”
Beliau ﷺ menjawab:
«كل مخموم القلب صدوق اللسان»
“Yaitu mereka yang makhmūm al‑qalb dan ṣidūq al‑lisān (hatinya bersih dan lisannya jujur).”
Para sahabat bertanya, “Lisan yang jujur sudah kami pahami, apa makhmūm al‑qalb itu?”
Beliau ﷺ menjawab:
«هو التقي النقي لا إثم فيه ولا بغي ولا غل ولا حسد»
“Mereka adalah orang yang bertakwa, hatinya suci: tiada dosa, tiada zhalim, tiada dengki, tiada hasad.”

Dari sabda ini, ada empat kotoran hati yang harus kita bersihkan agar layak disebut “terbaik”:

  1. Dosa
    Dosa adalah titik hitam di dalam hati—bukan di wajah. Seindah apa pun tampilan seseorang, jika hatinya dipenuhi dosa dan tidak segera bertaubat, ia belum termasuk golongan terbaik. Orang bertakwa pun bisa berbuat salah, tetapi yang mulia adalah mereka yang kembali ke jalan Allah.
  2. Zhalim (Kezaliman)
    Zhalim muncul saat kita menzalimi orang lain, sering kali berawal dari keinginan memuaskan ego dengan merugikan sesama. Padahal, menzalimi hanya menyiksa diri sendiri—dan kelak menjadi kegelapan di hari kiamat. Jagalah hati agar bebas dari sikap zhalim.
  3. Dengki
    Berbeda dengan hasad (karena iri pada nikmat orang lain), dengki sering bermula dari kebencian, bahkan terhadap yang lebih lemah. Kebencian menimbulkan permusuhan dan kegelapan hati, sehingga memenjarakan kita dalam ketidakbahagiaan. Sapu bersih kebencian dengan mengingat hakikat persaudaraan.
  4. Hasad
    Hasad adalah iri pada nikmat Allah yang dianugerahkan pada orang lain. Adalah wajar kita menginginkan kebaikan serupa, selama kita tidak berharap nikmat itu hilang dari saudaranya. Sebaliknya, kita doakan, “Ya Allah, berkahilah Fulan dalam rezekinya, keluarganya, dan setiap usahanya,” sambil terus berusaha dan berdoa sungguh‑sungguh.

Seperti rumah yang kotor perlu disapu berkali‑kali agar bersih dan nyaman, demikian pula hati:

  • Setiap kali terhinggapi dosa, segera taubat.
  • Setiap terlintas zalim, dengki, atau hasad, ingatlah sabda Nabi ﷺ untuk membersihkan hati.

Dengan hati yang suci, kita menjadi yang terbaik di mata manusia—dan lebih utama, di hadapan Allah ﷻ.


Profil Penulis di Dakwatuna:
Ustadz Nasikin, S.H.I., M.E.I. adalah dai yang aktif menulis dan berdakwah melalui berbagai rubrik, termasuk “Dai Menulis” di Dakwatuna.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *